Jumat, 18 Desember 2009
HIDUP SEIMBANG (TERUSAN)
Menurut bang zenggot, artinya adalah bahwa kegiatan yang dimaksud adalah amal dunia itu seakan hidup selamanya dengan maksud amal dunia itu bisa ditunda-tunda, sedangkan untuk akhirat seakan-akan mati esok hari artinya amal untuk akhirat tidak bisa ditunda-tunda, lakukan dengan segera.
Matur Teng Qyuh bang Zenggot.
Minggu, 06 Desember 2009
HIDUP SEIMBANG
Siapa yg belum pernah mendengar:
اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا واعمل لآخرتك كأنك تموت غدا
(kalo salah harap dibenarkan), kurang lebih artinya beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya,dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari.
Maksudnya, kita diharuskan agar dalam kehidupan ini kita lakukan dengan seimbang. Orang yang hanya sibuk mencari harta tidak heran menjadi semakin rakus karena di hatinya gersang tanpa pengadem-adem (penyejuk-red). Begitupun sebaliknya, orang yang hanya sibuk salat,zakat tanpa beramal tidak akan menjadi manusia sukses.
Lalu bagaimana cara hidup seimbang itu? Apakah 12 jam untuk dunia dan 12 jam untuk akhirat. Ooowwh...tanpa menyalahkan pendapat yang mengatakan demikian, dengan duration system, coba kita renungi. Sulit, sulit sekali untuk membagi seperti itu, karena tidak ada istirahat jika demikian.
Mari pahami ayat ini:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
Saya yakin ayat ini begitu familiar,namun pemahaman sering kali datang tidak seketika.
Dikaitkan dengan hidup seimbang di atas, salah satu pemahamannya adalah terkait dengan ayat ini. Ternyata, lebih tepat keseimbangan hidup itu adalah dengan melakukan semua aktifitas dengan niat ibadah.
Dengan begitu, aktifitas hidup kita di dalamnya mempunyai 2 komponen, amal dunia dan ibadah.
Lantas bagaimana jika ibadah murni seperti salat, puasa dsb,di mana komponen dunianya?
Owwh...jangan salah, gerakan salat itu bisa dimanfaatkan untuk olahraga, puasa berguna untuk kesehatan, zakat/ infak/ shadaqoh/ berguna untuk kehidupan bersosial.
So, mari tingkatkan...yuk...
NB: Tulisan ini hanya sekedar pendapat pribadi, yang mencoba mengaitkan Ayat dan Hadis. Jika ada kekeliruan, mohon koreksi.
Kamis, 26 November 2009
SALAM
Tanpa melihat pengertian dari berbagai rujukan para ahli sudahlah jelas kiranya dari lafalnya bisa diartikan bahwa salam adalah do'a keselamatan. Pembahasan mengenai salam lebih dari sekedar sopan santun pergaulan, lebih dari itu salam mengindikasikan seseorang yang memulai salam sebagai orang yang berbudi pekerti luhur yang senantiasa mencoba menjalin persaudaraan. Jika melihat ukhuwah Islamiyah-nya jelas merupakan kewajiban sebagai integrasi sosial sesama hamba Allah SWT. Bagaimana hukum salam secara mendasar? Pada asalnya memang sunah bagi orang pertama yang memulai dan wajib bagi mutakallim atau penerima salam untuk membalas salam tersebut. Namun sekali lagi, dari indikasinya sebagai ukhuwah Islamiyah salam bisa menjadi wajib, tidak dimutlakkannya kewajiban salam -tanpa melihat orang pertama atau penjawab- adalah kecenderungan repot, bayangkan saja kalau setiap bertemu seseorang harus salam baik kenal atau tidak kenal. Dengan demikian, maka tindak lanjutnya cukup menjadi kewajiban bagi orang yang menerima salam, itupun seyogyanya di balas dengan doa (salam) yang lebih baik. Jika seseorang mengucapkan Assalamu'alaikum maka hendaklah membalas dengan menambahi sehingga balasanya menjadi Wa'alaikumussalam Warahmatullah, begitu seterusnya, Fastabiqulkhairaat...
LAFAL PENJAWABAN SALAM
Dalam keumuman yang kita dengar, seringkali seseorang menjawab salam dengan WA'ALAIKUM SALAM. Pelafalan seperti ini kuranglah tepat, seharusnya WA'ALAIKUMUSSALAM. Mengapa?
Dari segi hukum baca secara tajwidy itu salah, karena lafal ASSALAM السلام disertai "AL" , hamzah pada lafal AL merupakan hamzah washal yang ketika dibaca washal / tidak waqof menjadi tetap tidak berharakat sehingga mengikuti harakat huruf sebelumnya yaitu Dhamah pada huruf Mim lafal WA'ALAIKUMU.
Jika memang penjawaban salam menghendaki lafal سلام bukan السلام itu juga salah menurut kebahasan. Penggunaan "AL" pada lafal ASSALAM adalah AL yang berfungsi LISTIGHRAQILJINSI (Mencakup semua jenis) sama dengan AL-nya lafal AL-HAMDULILLAH. Maka benar, jika AL-HAMDULILLAH diartikan SEGALA puji. Begitu juga dalam ASSALAM arti kandungannya mencakup doa Semua jenis keselamatan, selamat jiwa, raga, agama, keluarga daaaaaaaaaan semuanya. Mafhumnya bahwa tidak semua lafal yang ma'rifat lebih khusus daripada lafal nakiroh. Terkadang lafal ma'rifat justru lebih luas dari lafal nakiroh seperti dalam lafal ASSALAM dan ALHAMDULILLAH ini.
Jadi mulai sekarang gunakanlah bahasa yang benar dalam menjawab salam dengan WA'ALAIKUMUSSALAM (Pake MUS geto loh...).
Mohon maaf jika ada yang salah, mohon pembenarannya. Karena ini hanya sekadar nganggur yang saya coba sulap menjadi nganggur yang berfaidah. Smoga, amin...
Rabu, 25 November 2009
PADI - AKU BISA MENJADI KEKASIH
Segalanya kan bisa menjadi baik
Jika kita tak saling menyakiti
Apapun yang sudah terjadi
Bilakah kita harus merelakannya
Memaafkan itu tak seberat memindah samudera
Tak ada yang paling sempurna
Kuserahkan padamu...kepadamu...
Aku bisa menjadi kekasihmu
Aku bisa menjadi teman
Aku bisa menjadi musuhmu
Aku bisa menjadi sahabatmu
Menerjemahkan isi hati
Mungkin lebih baik dengan berbicara
Bukakankah jalannya hidup menjadi mudah
Bila kita saling bisa melengkapi
Memaafkan itu tak seberat memindah samudera
Tak ada yang paling sempurna
Kuserahkan padamu...kepadamu...
Aku bisa menjadi kekasihmu
Aku bisa menjadi teman
Aku bisa menjadi musuhmu
Aku bisa menjadi sahabatmu
Senin, 23 November 2009
BERANIKAH KAU ??
yang rindu sejak lama akan leherku
terimakasih....
terimakasih atas luka yang kau suguhkan
menggerogoti sampai remukkkan tulang
Kupandang langit
Di sana terhampar harapan-harapan kecilku
yang lama kutebar melewati harumnya bangkai
kini semakin pudar tertutup awan-awan kematian
Semoga....
semoga tali yang tiangmu terlalu kuat untuk menggantungku
Semoga....
Terhapus luka sedihmu atas duka yang kuberi
Semoga....
semoga kepuasan menjadi hadiah utama untukmu
Siap!!!
lingkarkan saja tanpa sungkan
yakinkan dirimu tuk berani
Karena jika tidak
sesungguhnya kau mnyiapkannya untukmu sendiri.
DARAH
dan tak ingin aku hentikan
Karena akulah darah kehidupan
Orang katakan amis
atau labelkan anyir
terserahlah...
Karena akulah darah kehidupan
Telah cukup ribuan drakula menghisap
dan menggerogoti sampai tulang
tapi aku akan terus mengalir
karena akulah darah kehidupan
Tak peduli berapa lagi drakula menanti
atau jagal menunggu leherku
Jalanku tetap ini, di depanku...
Maka ku kan tetap melangkah tak henti
Karena akulah darah kehidupan
Minggu, 22 November 2009
MY SLANK - CINTA KITA
Jangan dengarkan orang bicara
jangan ikuti orang mengarah
mereka cuma sirik sama kita
percuma omongan orang dipercaya
percuma banyak mulut-mulut berbisa
Mereka hanya sirik dengan cinta
oh cinta kita
Cinta kita tak
walau banyak cerita cerita
yang gak mengasyikan
Cinta kita tak
walau penuh kisah dan kisah
yang coba tuk menghancurkan kita
Acuhkan nada sumbang yang ga jelas
acuhkan suara pengadu domba
mereka selalu sirik dengan cinta
oh cinta kita
Cinta kita tak
walau banyak cerita cerita
yang coba tuk menghancurkan kita
Selasa, 27 Oktober 2009
ORANG BESAR?
kasih sayang kekasihmu
Maka rasakanlah sendiri saja
Sebesar apa kasihmu untuknya"
Orang besar berkata seperti itu
Orang besar juga berkata
"Saat kau merindukannya
Itu berarti iapun merindukanmu"
Yaaa....
Orang besar benar
Dan salah bagiku seorang yang kerdil
Yang tak beruntung
Aku mengasihi sebesar gunung
Hanya bola angin yang kuterima
Aku merindu sehebat badai antartika
Hanya secuil tiupan kecil yang kurasa
Jika begitu, seperti apakah orang besar itu???
Senin, 26 Oktober 2009
SUBHANALLAH
Telah Tuhan jadikan engkau
Sesempurna bulan bintang
Sebagai simbol dari keagungan-Nya
Hati siapa yang gelisah
Amarah siapa yang tak terkendali
Reda seketika saat di dekatmu
Engkaulah arti kecil namun sesungguhnya
Tiada kata secuilpun dapat mengingkari
Betapa embun ada dalam matamu
Jangan….
Jangan kau tundukkan wajahmu
Berbagilah denganku kesejukan itu
Lengkapi daku dengan pandang sendumu
Selasa, 20 Oktober 2009
SUSAH MEYEM
Ahhhh….
Langit ibu gelap bersanding dingin
Asap-asap bosan terasa mengepul
Hendak apa,
Dengan apa mencari mimpi lelap
Melupakan setitik masalah
Kutahu lelap tak merubah setelah kebangkitan
Tapi setidaknya dengan mimpi tersalur harapan
Datangnya senyum dalam terpejamku
Juga jawaban dalam lelapku
Ahhhh…
Selamat malam langit ibuku
Anakmu
Tak perduli,
Tak kuhiraukan sekat bulu mata
Selamat tidur langit ibuku.
Kamis, 09 Juli 2009
TUKIKAN HIDUP
TUKIKAN HIDUP
Sejauh aku memandang kehidupan diri
Tak pernah kumerasa berbelok arah setajam ini
Menukik begitu sadis saat kuhendak mencapai puncak
Saat ni..
Kumasih dalam tukikan itu
Dalam waktu tak lama aku pasti sadar
Bahwa ku tlah jatuh tersungkur di dasar hina
Kutakut tak bisa bangun lagi
Kutakut tak mampu berdiri lagi
Aku takut…
Sedang kehidupanku masih terasa tersisa panjang.
Apa yang kubangung kuingin menikmatinya
Apa yang kulalui dengan perih dan kepedihan
Ingin pula kumenikmatinya
Rabb…
Aku yang kecil ini memohon pertolongan agungMu
Aku yang rendah ini memohon angkatan tinggiMu
Aku coba terima walau berat terasa
Aku coba pasrah walau belum kutemukan hikmah
Semoga aku tak terusir sebagai hambaMu
Semoga aku masih kau akui sebagai kesayanganMu
Kamis, 25 Juni 2009
AAAAAHHH.......
Hampir bisa kau jelajah apa yang ada di jiwa ini
Asingkan waktuku untuk mencintaimu
Telah dekati semua ini….
Kau coba sentuh larasku untuk berjalan melangkah
Menatap satu arah cinta bersamamu
Biarlah diriku seperti ini
Buatlah hatiku, jadikanlah dirimu
Hentikan waktu di relung hati
Cahayapun mulai hilang gelapkan alam
Terang bintang indahkan sunyi langkah demi langkah
SANGGAH HATIKU
SANGGAH HATIKU
Hembusan angin sore ini
Mengingatkan kebersamaan kita di waktu itu
Saat berteduh di bawah damainya taman kapuk
Engkau bersandar di pundak tegarku
Sambil memanja tawa cerahkan suasana
Masih dapat kurasakan
Hembusan nafas dedaunan padi
Yang bergoyang bersorak ria
Turut memuji kemesraan yang kita miliki
Begitu mesra begitu eratnya
Di antara hembusan angin sore ini
Aku resapi indah dari serpihan cinta lalu
Sedikit tetesan air mata dari pelupuk
Sebagai sisa tangis bahagiaku saat bersamamu
Tertuang di sisa hati yang terluka
Masih aku sangkal inilah kenyataan
Tak ku percayai aku kau tinggal pergi
Aku masih tak percaya
Saat ini kusendiri tanpa kau di hati
Aku masih tak menerima…
Senin, 22 Juni 2009
MU’TAZILAH
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia Islam yang begitu banyak warna aliran telah memunculkan pula ajaran-ajaran yang menurut aliran masing-masing mengatakan sesat pada aliran- aliran selainnya. sebut Mu’tazilah salah satunya. Aliran Mu’tazilah dulu merupakan aliran kecil yang kemudian berkembang dan bahkan pernah diakui oleh salah satu kekhalifahan Islam sebagai aliran Islam yang benar ajaran-ajarannya yang kemudian diakui sebagai agama kenegaraan.
Namun datangnya masa kekhalifahan yang baru, pandangan “benar” itupun berubah sampai pada akhirnya Aliran Mu’tazilah bersama ajaran-ajarannya luput dari permukaan Islam, hilang, terkecuali dalam sejarah.
Kemudian, di era modern seperti ini, ajaran-ajaran itu muncul kembali ke permukaan menjadi Neo-Mu’tazilah atas pengaruh dua tokoh modernisme yaitu Jamaluddin Afgani dan Syekh Muhammad ‘Abduh.
BAB II
MU’TAZILAH
A. Latar Belakang Kelahiran Mu’tazilah
Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosifis daripada persoalan-persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan Murji’ah. Dalam pembahasan, mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Berbagai analisa yang dimajukan tentang pemberian nama Mu’tazilah kepada mereka. Uraian yang biasa disebut buku-buku ilmu kalam berpusat pada peristiwa yang terjadi Wasil ibn Atha’ serta temannya ‘Amr ibn Ubaid dan Hasan al-Bashri di Bashrah. Pada suatu hari dating seorang bertanya mengenai pendapatnya tentang orang yang berdosa besar. Sebagaimana diketahui kaum Khawarij memandang mereka kafir sedang kaum Murji’ah memandang mereka mukmin. Ketika Hasan al-Bashri masih berpikir, Wasil mengeluarkan pendapatnya sendiri dengan mengatakan: “Saya berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi mengambil posisi diantara keduanya; tidak mukmin dan tidak kafir”. Kemudian dia berdiri dan menjatuhkan diri dari Hasan al-Bashri pergi ke tempat lain di masjid; di
Versi lain yang diberikan Tasy Kubra Zadah, menyebut bahwa Qatadah ibn Da’amah pada suatu hari masuk ke Masjid Bashrah dan menuju ke majelis ‘Amr ibn ‘Ubaid yang disangkanya adalah masjid Hasan al-Bashri. Setelah ternyata baginya bahwa itu bukan majelis Hasan al-Bashri ia berdiri dan meninggalkan tempat itu, sambil berkata “Ini kaum Mu’tazilah”. Semenjak itu, kata Tasy Kubra Zadah, mereka disebut kaum Mu’tazilah.
Al-Mas'udi memberikan keterangan lain lagi. Mereka disebut kaum Mu’tazilah karena mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar bukan mukmin dan bukan pula kafir, tetapi mengambil posisi diantara kedua posisi itu (almanzilah bain almanzilatain). Menurut versi ini, mereka disebut kamu Mu’tazilah, karena mereka membuat orang yang berdosa besar jauh dari (dalam arti tidak masuk) golongan mukmin dan kafir.
Disamping keterangan-keterangan klasik ini, ada teori baru yang dimajukan oleh Ahmad Amin. Sebutan Mu’tazilah sudah ada sebelum masa Hasan al-Bashri, kurang lebih 100 tahun. Penyebutan Mu’tazilah untuk Wasil ibn ‘Atha, ‘Amr ibn ‘Ubaid dan kawan-kawannya hanya menghidupkan kembali sebutan lama. Suatu hal yang sukar diterima akal, kalau sebutan Mu’tazilah sebagai suatu aliran yang mempunyai corak pemikiran dan metode yang tertentu, terjadi hanya karena perpindahan tempat yang dilakukan oleh Wasil dari satu sudut masjid ke sudut yang lain. Dalam pada itu, riwayat yang pertama masih disangsikan kebenarannya, karena menurut satu riwayat, yang mempunyai pengajian itu Qatadah, bukan Hasan Bashri. Menurut riwayat lain lagi, yang memisahkan diri hanya Wasil ibn ‘Atha saja atau ‘Amr ibn ‘Ubaid saja.
Untuk mengetahui asal-usul nama Mu’tazilah itu dengan sebenarnya memang sulit. Yang jelas, bahwa nama Mu’tazilah sebagai designate bagi aliran teologi rasional dan liberal dalam Islam timbul sesudah peristiwa Wasil dengan Hasan al-Bashri di Bashrah. Dan bahwa lama sebelum terjadinya peristiwa Bashrah itu telah pula terdapat kata-kata i’tazala, al-mu’tazilah.
B. Al-Ushul Al-Khamsah
- At-Tauhid
At-Tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan inti sari ajaran mu’tazilah. sebenarnya, setiap mazhab teologis dalam Islam memegang doktrin ini. Namun, bagi mu’tazilah tauhid memiliki arti yang spesifik. Tuhan harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaan-Nya. Tuhanlah satu-satunya yang Esa, yang unik dan tidak ada satupun yang menyamai-Nya. Oleh karena itu, hanya Dia-lah yang qadim. Bila ada yang qadim lebih dari satu, maka telah terjadi ta’addud al-qudama (berbilangnya dzat yang tak bermulaan).
Untuk memurnikan keesaan Tuhan (tanzih), mu’tazilah menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat, penggambaran fisik Tuhan (antromorfisme tajassum), dan Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala. Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan itu Esa, tak ada satupun yang menyerupai-Nya. Wasil bin Ata, seperti dikutip oleh Asy-Syahrastani mengatakan, “siapa yang mengatakan sifat yang qadim berarti telah menduakan Tuhan. Ini tidak dapat diterima karena merupakan perbuatan syirik.
- Al-Adl
Ajaran dasar Mu’tazilah yang kedua adalah al-adl, yang berarti Tuhan Maha Adil. Adil ini merupakan sifat yang paling gamblang untuk menunjukkkan kesempurnaan. Karena Tuhan Maha Sempurna, Dia sudah pasti adil. Ajaran ini bertujuan ingin menempatkan Tuhan benar-benar adil menurut sudut pandang manusia, karena alam semesta ini sesungguhnya diciptakan untuk kepentingan manusia. Tuhan dipandang adil apabila bertindak hanya yang baik (ash-shalah) dan terbaik (al-ashlah), dan bukan yang tidak baik. Begitu pula Tuhan itu adil bila tidak melanggar janji-janji-Nya. Dengan demikian, Tuhan terikat dengan janji-Nya.
- Al-Wa’d wa Al-Wa’id
Ajaran ketiga ini erat hubungannya dengan ajan kedua di atas. Al- wa’d wa al-wa’id berarti janji dan ancaman. Tuhan yang Maha adil dan bijaksana tidak akan melanggar janji-Nya. Perbuatan Tuhan terikat dan dibatasi oleh janji-Nya sendiri, yaitu memberi pahala surga bagi yang baik (al0muthi’) dan mengancam siksa neraka atas orang yang durhaka (al-‘ashi), begitu pula janji Tuhan untuk memberi pengampunan pada orang yang bertobat nasuha pasti benar adanya. Ajaran ini tampaknya bertujaun mendorong manusia berbuat baik dan tidak melakukan perbuatan dosa.
- Al-Manzilah bain Al-Manzilatain
Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya madzhab Mu’tazilah. Ajaran ini terkenal dengan status orang beriman (mukmin) yang melakukan dosa besar. Seperti tercatat dalam sejarah, Khawarij menganggap orang tersebut kafir bahkan musyrik, sedang murji’ah berpendapat orang itu tetap mukmin dan dosanya sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan.
Menurut pandangan Mu’tazilah, pelaku dosa besar tidak dapat dikatakan mukmin secara mutlak. Hal ini karena keimanan menuntut adanya kepatuhan kepada Tuhan, tidak cukup hanya pengakuan dan pembenaran. Berdosa besar bukanlah kepatuhan melainkan kedurhakaan.
- Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa An-Nahy ‘an Al-Munkar
Ajaran dasar yang kelima adalah menyuruh kebajikan dan melarang kemunkaran (Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa An-Nahy ‘an Al-Munkar). Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Ini merupakan konsekuensi logis dari keimanan seseorang. Pengakuan keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan baik, diantaranya dengan menyuruh berbuat baik dan mencegahnya dari kejahatan.
Perbedaan madzhab Mu’tazilah dengan madzhab lain mengenai ajaran kelima ini terletak pada tatanan pelaksanaannya. Menurut Mu’tazilah, jika memang diperlukan, kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan ajaran tersebut. Sejarahpun telah mencatat kekerasan yang pernah dilakukannya ketika menyiarkan ajaran-ajarannya.
Demikianlah ajaran-ajaran yang ditinggalkan Wasil. Dua dari ajaran-ajaran tersebut yaitu posisi menengah dan peniadaan sifat-sifat Tuhan, kemudian menjadi merupakan bagian integral dari al-ushul al-khamsah atau Pancasila Mu’tazilah.
Menurut al-Malatti, Wasil mempunyai dua murid penting yang masing-masing bernama Bisyr ibn Sa’id dan Abu Usman Al-Za’farani. Dari kedua murid inilah dua pemimpin lainnya, Abu al-Huzail Al-‘Allaf dan Bisyr ibn Mu’tamar menerima ajaran-ajaran Wasil. Bisyr sendiri kemudian menjadi pemimpin Mu’tazilah cabang
Sebagai dikatakan, kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa Al-Qur’an yang dalam istilah teologi disebut Kalam Allah, bukan qadim atau kekal, tetapi hadis dalam arti baru dan diciptakan Tuhan.
C. Penilaian Tentang Aliran Mu’tazilah
Kaum Mu’tazilah sebagaimana disebut di Bab I, telah tak mempunyai wujud lagi kecuali dalam sejarah. Aliran Mu’tazilah masih dipandang aliran yang menyimpang dari Islam dan dengan demikian t9idak disenangi oleh sebagian umat Islam, terutama di
Tetapi atas pengaruh Jamaluddin Afgani dan Syekh Muhammad ‘Abduh, sebagai dua pemimpin modernisme yang utama dalam Islam, keadaan di atas telah mulai berubah. Telah ada pengarang-pengarang bahkan alim ulama yang mulai membela kaum Mu’tazilah.
ü Al-Nasysyar, Guru besar falsafat Islam di Universitas
ü Ahmad Mahmud Subhi, Dosen Falsafat Islam di Universitas Alexandria ini, menerangkan bahwa paham yang mengatakan al-I’tizal sama artinya dengan perpecahan (insyiqaq=schism) timbul sesudah abad ke-4 H. Tetapi dalam penyelidikan-penyelidikan baru yang diadakan, tidak kita jumpai alasan-alasan kuat untuk membenarkan pendapat lawan-lawan Mu’tazilah, dan kebanyakannya dari golongan Asy’ariah, bahwa al-I’tizal berarti perpecahan (schism) dari aliran Ahli Sunnah wa al-Jama’ah
ü Ahmad Amin berpendapat bahwa kaum Mu’tazilah adalah golongan Islam yang pertama memakai senjata yang dipergunakan lawan-lawan Islam dari golongan Yahudi, Kristen, Majusi dan Materialis dalam menangkis serangan-serangan terhadap Islam di permulaan kerajaan Bain Abbes. Dalam pendapatnya, “malapetaka terbesar yang menimpa umat Islam ialah lenyapnya kaum Mu’tazilah”. “Sekiranya ajaran-ajaran kaum Mu’tazilah dijalankan sampai hari ini, kedudukan umat Islam dalam sejarah akan berlainan dengan kedudukan mereka sekarang. Sikap lekas menyerah pada nasib membuat umat Islam lemah. Paham fatalisme melumpuhkan mereka, sedang sikap tawakal membuat mereka senantiasa dalam keadaan statis”.
ü Syekh Muhammad Yusuf Musa. Dalam uraiannya mengenai kaum Mu’tazilah dan kaum Asy’ariah, dia mengeluarkan pendapat-pendapat yang mengandung nada setuju dengan ajaran-ajaran Mu’tazilah tersebut terutama ketika membicarakan paham Qadariah Mu’tazilah dan paham Kasb kaum Asy’ariah.
ü Syeh Muhammad Ahmad Abu Zahra Pertentangan-pertentangan teologi yang terdapat Islam tidaklah mengenai inti dan dasar dari ajaran-ajaran Islam, yang membuat seseorang menjadi kafir kalau tidak percaya pada dasar-dasar itu. Pertikaian hanyalah mengenai furu’ atau perincian yang tidak menyebabkan seseorang menjadi kafir kalau pahamnya dalam hal ini bertentangan dengan paham orang lain. Dalam uraian ini, secara implisit Abu Zahra menolak tuduhan orang bahwa aliran Mu’tazilah adalah aliran kafir yang menyeleweng dari Islam.
ü Syekh ‘Ali Musthafa al-Ghurabi, Guru besar di Fakultas Syari’ah di Mekkah ini menulis:
“Dari uraian ringkas ini, dapatlah diketahui ajaran-ajaran kaum Mu’tazilah dalam lapangan teologi Islam. Jika sekiranya tidak ditakdirkan Tuhan bahwa kaum Mu’tazilah bangkit untuk membela Islam, ‘Ilm al-Kalam dengan kekayaannya yang besar itu tidak akan muncul, dan kita tidak akan sanggup membela Islam dari serangan-serangan dari luar”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama “Mu’tazilah” untuk aliran Mu’tazilah banyak sekali versi yang berbeda-beda namun memang saling berkaitan. Dari sekian banyak versi ada versi baru dari Muhammad Amin yang mengatakan bahwa sebutan Mu’tazilah sudah ada sebelum masa Hasan al-Bashri, kurang lebih 100 tahun. Penyebutan Mu’tazilah untuk Wasil ibn ‘Atha, ‘Amr ibn ‘Ubaid dan kawan-kawannya hanya menghidupkan kembali sebutan lama.
1. At-Tauhid atau pengesaan Tuhan
2. Al-Adl, artinya Tuhan Maha Adil
3. Al-Wa’d wa Al-Wa’id atau janji dan ancaman
4. Al-Manzilah bain Al-Manzilatain atau posisi diantara dua posisi
5. Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa An-Nahy ‘an Al-Munkar atau menyuruh kebajikan dan melarang kemunkaran.
B. Kritik dan saran
Alhamdulillah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan pemenuhan Mata Kuliah Ilmu Kalam ampuan Drs. H. Ahmad Qodim Suseno yang berupa resuman ini dengan berbagai kekurangan di sana-sini khususnya dalam tata letak yang kurang sesuai antara ringkasan satu buku dan buku lainnya yang penyusun tuang dalam satu wadah yang sama. Untuk itu penyusun mengharap maklumnya serta mengharap saran yang baik untuk bekal penyusun di lain kesempatan.
PUSTAKA BACA
Nasution, Harun, Teologi Islam, Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, Perbandingan,
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf,
Hanafi, Ahmad, Theology Islam,
Zakariyya, Abi, Yahya, Ghayat Al-Wushul Syarh Lubb Al-Ushul,
Rozak, Abdul,dkk, Ilmu Kalam,
Senin, 08 Juni 2009
TAHAAAAAAAN......
Keberadaan kasih sayang selalu tetap seperti atap
Yang tahan panas dan hujan
Berkarat namun masih sekeras besi
Yang disayangkan adalah ketidakpastian
Untuk apa atap diciptakan
Dan untuk apa besi diadakan
Kesungguhan saat ini sesungguhnya kesungguhan
Yang belum mampu membangkitkan
Terlebih menggantikan
Merobek langit jua belum tentu temukan jawaban
Kasih sayang menjadi seperti kebodohan.
KAU AKU-KU
Aku tertawa atas tawamu
Tanpa kuusahakan
Aku menangis atas tangismu
Tanpa kuusahakan
Apa yang aku alami
Tanpa kuusahakan
Apa yang aku rasakan
Tanpa kuusahakan
Guyuran kasih sayang untukmu
Tanpa kuusahakan
Itu tak kuusahakan
Hanya mengikuti petunjuk kecilku
Aku bukan lagi aku
Meski engkau tetap engkau
Itu tak kusalahkan
Demi rasa yang kurasa
Bukan rasa yang kau rasa
Senin, 01 Juni 2009
KECERDASAN EMOSIONAL YANG TERLUPAKAN
BAB I
Permasalahan
Tulisan yang ada di tangan pembaca ini boleh dikatakan sebagai protes dalam dunia pendidikan atau lebih tepat berupa kritikan yang dari sebab kelemahan pendidikan kita ini memperburuk citra Negara tercinta yang padahal sebagai Negara dengan komunitas beragama Islam.
Amat disayangkan dan sunguh ironis, sebagai Negara dengan komunitas beragama Islam yang merupakan agama yang di dalamnya berisi pengetahuan-pengetahuan universal mencakup segala aspek kehidupan,
Tidak tanggung-tanggung, kegagalan pendidikan ini justru begitu erat dengan para kalangan pelajar remaja dengan segala tindak-tanduknya yang meresahkan masyarakat. Tawuran antar siswa terjadi di sana-sini, mabuk-mabukan, dunia malam, ganja beserta obat-obatan terlarang, dunia malam juga pergaulan bebas seakan-akan sudah menjadi
Melihat keadaan seperti ini tidak mengherankan jika pada nantinya sebagai lulusan dunia pendidikan hanya menjadi pengangguran bahkan sampah masyarakat.
Salah satu penyebab kurang berhasilnya pendidikan kita dalam membentuk generasi “khaira ummah” adalah kurangnya penekanan pendidikan yang memacu pada pembentukan moralitas. Pendidikan kita lebih mengacu pada tujuan atau hasil menciptakan bangsa pintar yang sedikit benar sehingga pada akhirnya justru menghasilkan manusia pintar yang minteri.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan Emosional
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari:
Emosional :1. Menyentuh perasaan; mengharukan, 2. Dengan emosi; beremosi; penuh emosi.
Cerdas :1. Sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti); tajam pikiran, 2. Sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat)
Kecerdasan : Perihal cerdas; kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran).
Yang :1. Menyatakan bahwa kata atau kalimat yang berikutdiutamakan atau dibedakan dari yang lain, 2. Menyatakan bahwa bagian kalimat yang berikutnya menjelaskan kata yang di depan, 3. Dipakai sebagai kata penyerta, 4. Adapun; akan, 5. Bahwa
Lupa :1. Lepas dari ingatan; tidak dalam pikiran (ingatan) lagi, 2. Tidak teringat, 3. Tidak sadar (tahu akan keadaan dirinya atau keadaan sekelilingnya, dsb), 4. Lalai; tidak acuh.
Terlupa :1. Tiba-tiba lupa; tidak teringat; sudah dalam keadaan lupa; tidak sengaja lupa.[2]
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang secara harfiyah berarti sempurna akal budinya, pandai dan tajam pikirannya. Selain itu cerdas dapat pula diartikan sempurna pertumbuhan tubuhnya seperti sehat dan kuat fisiknya.[3]
Sedangkan emosional berasal dari bahasa Inggris yaitu emotion yang berarti keibaan hati, suara yan mengandumg emosi, pembelaan yang mengharukan, pembelaan yang penuh perasaan.[4] Namun, dalam keumumannya, emosi sering digunakan sebagai kata yang berarti dorongan yang amat kuat dan cenderung mengarah kepada hal-hal yang kurang terpuji, sebagai contoh seperti halnya emosi yang ada pada kebanyakan remaja yang sedang mengalami kegoncangan. Perkembangan selanjutnya, emosional dikaitkan dengan kecerdasan sehingga menjadi istilah baru yakni “kecerdasan emosional” atau emotional Intelengence yang akhirnya mengalami perkembangn lebih baru lagi dan lebih umum berupa penggambaran sebagai potensi psikologis yang bersifat positif dan perlu sekali untuk dikembangkan.
B. Fakta Yang Terjadi di Masyarakat
Seperti yang telah penulis kemukakan di atas dalam permasalah bahwa bangsa yang seharusnya lebih maju dari bangsa lain dengan bekal pedoman al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan yang universal trnyata lebih menjadi budak kenikmatan dunia tanpa penyeimbangan dengan nilai-nilai moral, akhlak atau apapun namanya. Banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di setiap sudut jalanan banyak sekelompok remaja yang kerjaannya kongkow[5] dan dengan peresapan nikmatnya dengan lantunan gitar-gitar mereka yang menurut penulis fals.
Belum lagi malam hari, di jalanan banyak dijumpai kalangan remaja putri yang menjadi kalong[6], bermain malam hari tanpa mengenal waktu kapan harus pulang. Dan sepertinya keadaan ini diperparah lagi dengan sikap orang tua yang acuh tak acuh, kurang tegas dalam menyikapi tingkah anak-anaknya. Indikasi ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memang sudah telat dienyam oleh orang tua-orang tua para remaja zaman sekarang sehingga tak ayal para orang tua menganggap perilaku anak-anaknya sebagai kesalahan yang wajar.
Selain itu teknologi ikut juga mempengaruhi kegiatan-kegiatan tanpa makna para remaja. Pengusaha cellular misalnya baik Indosat, Telkomsel dan lain-lain, begitu banyak promosi-promosi nelepon gratis yang jadwalnya di sekitar malam hari. Ini tentu saja dimanfaatkan oleh para remaja yang secara psikologis memang senang bergaul, menambah kawan sebanyak-banyaknya. Akibatnya, para remaja benar-benar menjadi kalong sejati, bergadang, dan berimbas kelelahan disebabkan rasa kantuk di siang hari. Lalu, kapan ada waktu bekerja atau belajar dengan kesiapan jasmani yang sehat?! Bayangkan, jika satu daerah para remaja bergadanga, bagaiman jika begitu pula dalam setiap daerah negara ini?! Berapa banyak pelajar dan pekerja lalai?
C. Fakta Yang Menyebabkan Terjadinya Masalah
Sudah jelas kiranya penyebab fakta dan fenomena yang terjdi di masyarakat kita ini. Di antaranya adalah:
1. Karena kegagalan sistem pendidikan kita yang hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan dan keterampilan semata, tanpa diimbangi dengan membina kecerdasan emosional,[7] pendidikan yang diadakan hanya cenderung pengajaran lupa pada pengajaran. Padahal pendidikan dan pengajaran bisa dipadukan.
2. Orientasi pendidikan yang berjangka panjang telah berubah ke orientasi yang berjangka pendek, dari orientasi nilai dan idealisme berubah ke arah materialisme dan individualisme.
3. Metode pendidikan hanya melihat peserta didik seperti gelas kosong yang harus diisi, tidak melihat sisi kemanusiaannya yang di dalamnya terdapat potensi-potensi dasar yang harus dikembangkan.
Musya Asy’arie menjelaskan kata insan dalam al-Qur’an disebut 65 kali dalam 63 ayat yang kesemuaannya itu menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi kecerdasan dasar bawaan yang mampu menerima pelajaran dari Tuhan tentang pengetahuan yang tidak diketahuinya[8]. Kecerdasan inilah yang disebut kecerdasan emosional. Namun demikian, kecerdasan yang bersifar dasar bawaan setiap individu ini tidak mampu sepenuhnya menjadi tajam, perlu diasah dan dikembangkan, hal inilah yang dilupakan pakar-pakar kependidikan dalam merumuskan pendidikan yang ideal demi terciptanya generasi penerus bangsa yang cerdas sekaligus pandai plus shalih.
Penyebab lainnya yaitu kemajuan teknologi. Teknologi begitu pesat berkembang di Negara kita yang katro ini. Sehingga bangsa yang baru mengenal nikmatnya teknologi ini saking nikmatnya menerima begitu saja fasilitas-fasilitas dan promosi-promosi yang tanpa sadar merusak tatanan kehidupan. Di sini, telah kita jumpai dua pihak yang sama-sama salah, penguasa teknologi dan konsumen itu sendiri. Jika dikerucutkan lagi, maka akan kita temui satu penyebab yang sama dalam keduanya yaitu tidak adanya kecerdasan emosional yang pada akhirnya membuat pola pikir beku, bukannya membantu masalah dunia pendidikan malah justru memperburuk keadaan. Kapan kita akan terus begini dengan keadaan bangsa carut-marut?
D. Pembahasan dan Diskusi
Di atas telah penulis singgung bahwa emosi yang berkesan menjurus ke arah negatif, tidak terpuji pada perkembangan yang berkelanjutannya oleh Daniel Goleman di artikan sebagai potensi psikologis yang bersifat positif yang perlu dikembangkan. Selanjutnya, Daniel memberikan ungkapan-ungkapan tentang ada sisi positif lewat penjabarannya dalam wadah pendefinisian yang mencakup dua pengertian.
Pertama, kecerdasan emosi tidak bisa diartikan sebagai sikap ramah secara permanent.
Kedua, kecerdasan emosional bukan sesuatu yang dipahami kebebasan perasaan untuk memenuhi –terlebih- memanjakan perasaan. Artinya, kecerdesan emosional bukan kecerdasan yang harus difungsikan untuk memenuhi sebatas perasaan dirinya sendiri saja, melainkan, kecerdasan ini adalah kecerdasan dalam mengelola perasaan sebaik mungkin sehingga tepat dalam tiap suasana yang berbeda. Sejalan dengan ungkapan Mahfudh dalam buku corat-coret pribadinya bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional bukanlah orang yang cengeng menerima kenyataan pahit. Orang yang memiliki kecerdasan emosional adalah orang yang mampu menutup lukanya dengan LUKA yang baru. LUKA yang terakhir disebutkan ini berisi pacuan semangat 45’ yang mendorong sang patah semangat untuk terus me-LUKA (Lakukan Untuk Kemungkinan Akhir).[9]
E. Solusi
Solusi yang dapat penulis ajukan sejalan dengan Abuddin Nata bahwasanya permasalahan-permasalahan yang di muka telah penulis paparkan dapat diatasi dengan peningkatan pendidikan dengan mengikutsertakan materi yang bersifat pengembang kecerdasan emosional dalam kurikulum pendidikan, yang diharapkan pada akhirnya mampu menjadi penyeimbang kecerdasan intelektual para lulusan yang tidak jarang sering menjerumuskan sang intelek ke posisi yang tidak patut dikerjakan oleh orang berpendidikan.
Dari kutipan pernyatan Goleman hendaknya diperhatikan demi kesuksesan. Kunci sukses -menurut Goleman- bukanlah IQ atau kecerdasan intelektual, IQ memang berperang penting tapi tidak dalam posisi utama, IQ ada di posisi kedua setelah kecerdasan emosional.
Solusi lain bisa kita ambil inisiatif sendiri dari 3 faktor dominan penyebab kemerosotan itu sendiri yaitu dengan memperhatikan sisi kemanusiaan siswa yang sudah ada anugerah Tuhan berupa potensi dasar kecerdasan, sehingga dengan perhatian ini mau tidak mau dunia pendidikan harus memberi pengajaran dan pembimbingan potensi yang telah ada itu, di sinilah sebenarnya fungsi dunia pendidikan.
[1] Minteri berasal dari bahasa jawa pinter, yang berarti menipu
[2] Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
[3] W.J.S. Poerwadarminta. Kamus umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet.XII.,h.211
[4] John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia 1980). Cet.VII. h.211
[5] Kongkow adalah bahasa jawa yang diartikan lebih pada kegiatan anak muda nongkrong
[6] Kalong adalah sejenis kelelawar besar yang hidupnya aktif di malam hari
[7] Abuddin Nata. Manajemen Pendidikan, (
[8] Ibid
[9] Lihat Mahfudh Dimyati, Luka (Lakukan Untuk Kemungkinan Akhir), versi: 14