Rabu, 20 Mei 2009

METODE PEMBELAJARAN AL-QUR'AN

BAB I

PENDAHULUAN

Adanya segala sesuatu tentu ada tujuannya seperti halnya Allah S.W.T menciptakan segala sesuatu. Kaitannya dengan melaksanakan perintah-Nya dalam mencari ilmu maka perlu acara perencanaan yang diusung demi tercapainya tujuan belajar yakni terwujudnya perubahan yang lebih baik, baik perubahan pengetahuan, sikap dan atau keterampilan.

Kemudian, dalam pembelajaran Al-Qur’an –termasuk pembelajaran yang lain- perlu adanya metode tepat yang harus dipilih sebagai metode terpilih yang dengan metode itu dapat dengan mudah memberikan pemahaman kepada peserta didik dan tentunya diharapkan pula dengan penerapan metode itu dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman, kondusif, dan mendukung.

Pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba menyajikan uraian pembahasan tentang metode yang baik dalam pembelajaran Materi PAI yang penulis spesifikasikan untuk Metode Pembelajaran Al-Qur’an.


BAB II

PERMASALAHAN

  1. Ruang Lingkup Materi Al-Qur’an
  2. Macam-Macam Metodologi Pembelajaran
  3. Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam


BAB III

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Materi Al-Qur’an

Al-Qur’an sebgai pedoman umat Islam tentu sudah seharusnya dan selayaknya dijadikan pegangan yang kuat. Namun permasalahnnya tidaklah dapat dipungkiri bahwa masih banyak di kalangan Negara sebagai mayoritas muslim ini yang buta huruf Arab, lalu bagaimana bisa dijadikan pegangan jika membaca saja belum mampu. Melihat ini, maka sebenarnya ruang lingkup materi Al-Qur’an sangantlah luas, pembelajarannya harus sedini mungkin dilaksanakan demi mempersipkan generasi Insani Qur’ani.

Sedang dalam materinya, tentulah tidak jauh berbeda antara bahan yang harus diajarkan untuk balita, anak-anak, remaja, dan orang tua. Perbedaan muncul melihat siapa yang akan kita beri pelajaran sehinggga menuntut adanya hirarki atau tahapan-tahapan menurut kemampuan masing-masing peserta didik.

Materi pokok Al-Qur’an meliputi:

  1. Belajar membaca,
  2. Ilmu Tajwid,
  3. Bacaan Gharib.

Pada pokok belajar membaca, diajarkan materi-materi pengejaan huruf Hijaiyyah, penegenalan harokat, penulisan huruf sambung, waqaf dan tasydid.

Sedang ilmu tajwid, adalah ilmu yang merupakan induk hukum-hukum bacaan Al-Qur’an yang pembahsannya mencakup hukum nun sukun dan tanwin, hukum mim sukun, pembagian idzgham, qolqolah, hukum lam jalalah, hukum ra, hukum mad, hukum alif lam dan isyarah atau tanda waqaf.

Yang terakhir, bacaan gharib disebut juga bacaan yang sulit. Sulit karena terkesan aneh dan perlu pengetahuan yang lebih dalam. Gharib di sini ialah bacan gharib yang sulit yang perlu kita perhatikan atas bacaan yang menganut qori’ Imam Hafsh murid dari Imam ‘Asyim, qori’ dari Kufah.[1] Bacaan gharib di antaranya seperti Lafadz انا yang dibaca pendek, lafadz نا yang dibaca pendek apabila washal sedangkan waqaf dibaca panjang. Pada bagian bacaan gharib ini juga ada bacaan yang memang perlu diperhatikan olleh guru dalam mengajarakannya dikarenakan bentuk bacaan dan kalimatnya tidak seperti biasanya atau bentuk bacaan dan kalimatnya berbeda.seperti lafadz عليه yang biasanya dibaca Kasroh tapi di gharib dibaca Dhommah. Contoh lain bacaan gharib di antaranya nun iwadl, idzhar mutlaq, bacan tashil, naql, isymam saktah, dan imalah. Untuk pendukung materi Al-Qur’an, perlu juga dikenalkan makhraj (tempat keluar) huruf berikut sifat-sifatnya.

Sebagai penghormatan kepada Mu’jizat agung berupa kalamullah ini, maka pembelajaran Al-Qur’an juga melibatkan materi akhlaq dengan diberlakukannya tata cara membaca Al-Qur’an. Untuk selanjutnya, Al-Qur’an ketika minimal sudah memahami bacaannya sekaligus artinya, maka melibatkan pula akidah, fiqh, tarikh sebagai bentuk penghayatan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.

B. Macam-Macam Metodologi Pembelajaran

Keberagaman atau banyaknya metode dalam pembelajaran tentulah bukan untuk membuat kita bingung dalam memutuskan pemilihan. Sebaliknya, justru dengan semakin banyaknya metode yang diangkat oleh para pakar pendidikan akan dapat lebih memudahkan kita sebagai para pendidik dalam memilih metode tepat guna. Di depan, penulis akan sedikit menguraikan satu persatu metode tersebut dengan membatasi diri hanya pada metode yang penulis anggap tepat untuk pembelajaran Al-Qur’an yang diharapakan dari definisinya saja dapat dijadikan modal pegangan dalam pemilihan.

Adapun jumlah keseluruhan metodeologi pembelajaran ialah sebagai berikut:

  1. Metode Ceramah
  2. Metode Tanya jawab
  3. Metode Demonstrasi
  4. Metode Eksperimen
  5. Metode Diskusi
  6. Metode Sosio Drama Dan Bermain Peranan
  7. Metode Drill (Latihan)
  8. Metode Mengajar Beregu
  9. Metode Pemecahan Masalah
  10. Metode Pemberian Tugas Belajar Dan Resitasi
  11. Metode Kerja Kelompok
  12. Metode Imla’ (Dikte)
  13. Metode Simulasi
  14. Metode Studi Kemasyarakatan

  1. Metode Ceramah

Metode ceramah ialah menerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dengan arti lain bahwa ceramah atau lecturing itu adalah suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap terhadap peserta didiknya. Metode ini juga disebut metode pidato/ tabligh karena penyampaiannya dengan cara berpidato.

  1. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang sudah mereka baca dengan sambil memperhatikan proses berfikir di antara peserta didik.

Dalam mengajukan pertanyaan, ada tiga macam pertanyaan dalam metode Tanya jawab ini. Pertama, pertanyaan awal pelajaran yang difungsikan merangsang peserta didik dengan pertanyaan pelajaran yang telah lalu. Kedua, pertanyaan di tengah-tengah proses pembelajaran yang dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran dan menarik sebagian fakta baru. Dan terakhir, pertanyaan akhir pelajaran yang digunakan untuk mengulang, menghubungkan bagian-bagian topik bahasan dan menarik kesimpulan pelajaran shingga peserta didik dapat memahami dengan mudah.

  1. Metode Demonstrasi

Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk untuk menggambarkan suatu cara yang pada umumnya menggunakan bahasa fisik atau pengoperasian suatu barang atau alat. Dalam tajwid, ini cocok digunakan untuk mengajarkan bacaan gharib. Dengan kata lain metode ini adalah metode agar peserta didik meniru pada yang dilakukan guru seperti halnya Rasulullah juga menggunakan metode ini dengan bukti haditsnya yang berbunyi: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”. (H.R. Bukhari).

  1. Metode Diskusi

Dalam pengertian umum, diskui ialah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebig dengan berhadapan langsung dengan tuikan menukar informasi (information sharing), mempertahankan pendapat (self maintenance) atau pemecahan masalah (problem solving).

Dalam pendidikan, metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada peserta didiki/ kelompok-kelompok untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Metode ini dipilih penulis melihat kompetensi dasar yang ada pada SLTA. Lihat lampiran Kompetensi Dasar.[2]

  1. Metode Drill (Latihan)

Metode Drill atau disbut Latihan Siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan malakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.

  1. Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi

Pada metode ini penulis mencoba memberikan definisi secara detail dari istilah yang kita temukan, yakni apa itu tugas, belajar dan resitasi.

Tugas adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan, baik datangnya dari orang lain maupun dari dalam diri sendiri. Tugas ini biasanya bersifat edukatif dan bukan bersifat dan berunsur pekerjaan.

Menurut S. Nasution ada beberapa batasan istilah belajar. Pertama, belajar adalah perubahan dalam sistem urat saraf. Kedua, belajar adalah penambahan pengetahuan. Ketiga, belajar adalah perubahan perilaku berkat pengalaman dan pengertian.

Resitasi adalah penyajian kembali atau penimbulan kembali sesuatu yang sudah dimiliki, diketahui atau dipelajari.

  1. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.[3]

Metode ini diambil penulis sebagai bagian dari saran mengingat Kompetensi Dasar pada kelas VI yang tidak mungkin dikerjakan sendiri, dan juga pada kelas X yang kemudian bisa juga dilanjutkan ke metode diskusi. Lihat lampiran.

  1. Metode Imla’ (Dikte)

Metode Imla’ atau dikte adalah suatucara menyajikan pelajaran dengan menyuruh peserta didik apa-apa yang dikatakan guru. Alat penyajian bahan yang digunakan guru dalam metode ini adalah bahasa lisan. Sedangkan alat peserta didik yang terutama dalam menyalin bahan pelajaran ialah berupa alat tulis dengan perhatian mendengarkan guru.

  1. Metode Simulasi

Wojowasito dalam kamusnya memberikan batasan tentang simulasi. Yaitu berasal dari kata “simulate” yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Bak kata simulasi (simulation) diartikan tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. Seorang guru mensimulasikan sikap orang tua yang otoritas berarti guru itu menunjukkan pada peserta didiknya cara orang tua yang otoritas dalam menghadapi peserta didiknya dengan jalan berbuat seolah-olah sebagai orang tua yang otoriter.

Definisi yang lebih berorientasi pada praktek pelaksanaan ini memberikan gambaran atau simulasi itu dapat digunakan untuk melakukan proses-proses tingkah laku secara imitasi.

Metode ini penulis sarankan melihat Kompetensi Dasar untuk kelas X (sepuluh). Lihat lampiran.

C. Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam

Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam mencantumkan secara gamblang tentang Kompetensi Dasar di setiap tingkatan pendidikan. Penulis cantumkan di bawah ini Kompetensi Dasar khusus untuk Materi Pembelajaran Al-Qur’an, dan sebagai pelengkap, penulis cantumkan pula lampiran Kompetensi Dasar untuk semua Materi PAI. Lihat lampiran.

Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Dasar (SD).

Kelas:

I. Mengenal huruf hijaiyyah

II. Mengenal surat-surat pendek dalam Al-Qur’an

III. Membaca Al-Qur’an dengan surat-surat pendek

IV. Membaca dan hafal surat-surat pendek

V. Membaca dan menulis ayat Al-Qur’an

VI. Membaca, menulis, mengartikan dan menghafal surat-surat pendek

Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

Kelas

VII. Mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, membaca dan mengartikan surat-surat pilihan dan memahami hukum bacaan Alif Lam Ma’rifat, Nun Sukun/Tanwin dan Mim Sukun

VIII. Mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih dan mengetahui hukum bacaan Al-Qur’an

IX. Membaca Al-Qur’an dengan fasih dan mengartikan surat-surat pendek dan mengetahui hukum bacaan waqaf dan idgham.

Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

X. Mampu membaca Al-Qur’an dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan peranannya sebagai makhluk serta dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dan memahami ayat-ayat ibadah. Membaca dan memahami ayat-ayat demokrasi.

XI. Mampu membaca Al-Qur’an dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi, ayat tentang solidaritas,, dan menyantuni kaum lemah, serta mampu membaca ayat tentang lingkungan.

XII. Mampu membaca Al-Qur’an dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang toleransi dan memahami ayat tentang etos kerja.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penghayatan dan pemikiran yang kami (penulis) curahkan dalam pembahasan Makalah untuk penetapan Metode dalam Pembelajaran Al-Qur’an, maka kami mencoba mendekati kebenaran dengan mengajukan sembilan metode dari empat belas metode yang ada. Enam metode yakni Ceramah, Tanya Jawab, Demonstrasi, Drill (latihan), Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi Dan Imla’ kami ambil dengan mempertimbangkan cakupan tiga materi pokok Al-Qur’an. Dan tiga metode lainnya yakni diskusi, kerja kelompok dan simulasi kami mengikut sertakannya melihat Kompetensi Dasar yang ada pada kelas VI dan X yang memang membutuhkan tiga metode tersebut.

.

B. Kritik dan saran

Dengan penuh kesadaran dengan segala kekurangan dalam kata-kata, dalam penulisan, kaidah-kaidah dan lain sebagainya, kami memohon maaf kepada pembaca umumnya dan kami berharap besar untuk keikut-sertaannya dengan bentuk saran dan kritik yang membangun dalam rangka membimbing kami untuk mengenali cara penulisan seperti apa yang benar dan lain sebagainya. Semoga dengan partisipasi pembaca, kami bisa belajar dari kesalahan.


[1] Khoirul Anwar, dkk, Panduan Praktis Membaca Al-Qur’an, (Semarang, LKPI UNISSULA, 2008), h. 67.

[2] Yurmaini Maimudin, dkk. Metode Diskusi, Proyek P3G, Depdikbud, (Jakarta, 1980), h. 47.

[3] Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 1990), h. 179.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar