Masih terasa kegilaanku dulu padamu
Bahkan kadang aku takut walau sekedar mengingatnya
Takut cerita lama itu mengusik kaki tanganku
Dan hancurkan lagi jalan yang mulai kujajaki
Cinta tak selamanya harus memiliki
Benar, walau sebenarnya lebih besar aku sangkal
Tak perduli lagi tentang benar atau salah
Sudah sepatutnya cinta musnah saat ku nyata tak milikimu
Tidaklah kejam kiranya hancurkan wajahmu yang manis
Yang dengan tanpa itu tak mungkin sampai saat ini
Kau bisa simpulkan senyum sabit dan
Aku dapat seka tumpahan air mata
Buta, sangat dan benar-benar aku buta karenamu
Tapi aku bersyukur itu sekedar masa lalu
Kini aku telah memegang lilin yang kusimpan dalam hati
Perlahan, ia akan terangi ruang rongga nafasku
Seiring musnahnya engkau yang kini tak kuberi arti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar