Dua hari yang lalu....
Pemabuk yang tak asing kulihat di sebuah terminal
Seperti biasanya ia lunglai dalam keadaan mabuk
Yang berbeda adalah biasanya ia mengoceh mebuat para penumpang takut
Tapi kali ini ia hanya tertatih lunglai di pelataran
Matanya merah dengan pipi mengkerut
Dirabanya pagar besi untuk berpegangan
Dia goncangkan pagar yang tak lagi kekar itu
dengan sisa tenaganya dan menangis.....
Aku hanya mengintip dari jendela kusam
semakin keras tangisnya, semakin berdentang pagarnya
Telapak tangannya ia taruh di dada seperti halnya penyair pilu ditinggal mati sang kekasih
Atau seolah penyanyi yang hendak membawa penonton pada suasana hatinya
Dalam hati kubertanya
Si pemabuk ini....apa gerangan yang terjadi?
Jalan seperti apa yang membawanya pada pelarian tanpa belas kasih?
Mungkin juga....ia korban perihnya penghianatan
Entahlah...
Yang kutahu ia terlalu jauh menambah beban atas beban
Kudoakan, ada tangan Tuhan mengangkat wajahnya
Dan membuka mata untuk melihat dunia nyata.