Kamis, 22 Desember 2011

SEJARAH SINGKAT HARI IBU


 

Gema Sumpah Pemuda dan alunan lagu Indonesia Raya yang pada tanggal 28 Oktober 1928 digelorakan dalam Kongres Pemuda Indonesia, menggugah semangat para pimpinan perkumpulan kaum perempuan untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri. Pada saat itu sebagian besar perkumpulan masih merupakan bagian dari organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa.

Selanjutnya atas prakarsa para perempuan pejuang pergerakan kemerdekaan pada tanggal 22-25 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama kali di Yogyakarta. Salah satu keputusannya adalah dibentuknya satu organisasi federasi yang mandiri dengan nama ”Perikatan Perkoempoelan Perempuan Indonesia” (PPPI). Melalui PPII tersebut terjalinlah kesatuan semangat juang kaum perempuan untuk secara bersama-sama kaum lelaki berjuang meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan berjuang bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju.

Pada tahun 1929 PPPI berganti nama menjadi ”Perikatan Perkoempoelan Isteri Indonesia” (PPII).

Pada tahun 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Kongres tersebut disamping berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia juga menetapkan fungsi utama Perempuan Indonesia sebagai IBU BANGSA yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya.

Pada saat Kongres Perempuan Indonesia III yang diadakan di Bandung pada tahun 1938 ditetapkan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 19599 tentang Hari-hari Nasional yang bukan Hari Libur tertanggal 16 Desember 1959 mengukuhkan tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu yang merupakan Hari Nasional dan bukan hari libur.

Pada tahun 1946 Badan Kongres Perempuan Indonesia berubah menjadi Kongres Wanita Indonesia yang disingkat KOWANI yang terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman.

Peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 22 Desember tersebut kemudian dijadikan tonggak sejarah bagi Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia. Hari Ibu oleh bangsa Indonesia diperingati tidak hanya untuk menghargai jasa-jasa perempuan sebagai seorang ibu, tetapi juga perempuan secara menyeluruh baik sebagai ibu dan isteri maupun warga negara, warga masyarakat dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai pejuang dalam merebut, menegakkan dan mengisi kemerdekaan dalam pembangunan nasional.

Peringatan Hari Ibu dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda akan makna Hari Ibu sebagai ”hari kebangkitan serta persatuan dan kesatuan perjuangan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan bangsa”. Untuk itu perlu diwarisi api semangat juang guna senantiasa mempertebal tekad untuk melanjutkan perjuangan nasional menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Semangat perjuangan kaum perempuan Indonesia tersebut yang tercermin dalam lambang Hari Ibu berupa setangkai bunga melati dengan kuntumnya yang menggambarkan:
  1. Kasih sayang kodrati antara ibu dan anak
  2. Kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak
  3. Kesadaran wanita untuk menggalang kesatuan dan persatuan, keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan negara.
Adapun semboyan pada lambang Hari Ibu ”Merdeka Melaksanakan Dharma” mengandung makna bahwa tercapainya persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki merupakan kemitrasejajaran yang perlu diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi keutuhan, kemajuan dan kedamaian bagi bangsa Indonesia.

Pada Kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan dibuat sebuah monumen, setahun berikutnya diletakkan batu pertama oleh Ibu Sukanto (ketua Kongres I) untuk pembangunan Balai Srikandi dan diresmikan oleh menteri Maria Ulfah tahun 1956. Akhirnya pada tahun 1983 Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Yogyakarta.



Komplek Mandala Bhakti Wanitatama Yogyakarta

Jumat, 16 Desember 2011

SALAWAT ROCK ALA QUEEN

Ibrahim, Ibrahim, Ibrahim,
Allah, Allah, Allah, Allah will pray for you.
Hey!

Mustapha, Mustapha, Mustapha Ibrahim.
Mustapha, Mustapha, Mustapha Ibrahim.

Mustapha Ibrahim, Mustapha Ibrahim
Allah, Allah, Allah will pray for you.
Mustapha Ibrahim, al havra kris vanin
Allah, Allah, Allah will pray for you.
Mustapha, hey! Mustapha
Mustapha Ibrahim, Mustapha Ibrahim, hey!

Allah-i, Allah-i, Allah-i,
Ibra-Ibra-Ibrahim, yeah!
Ibrahim, Ibrahim, Ibrahim,
Allah Allah Allah-i hey!

Mustapha Mustapha - Allah-i na stolei
Mustapha Mustapha - Achtar es na sholei
Mustapha Mustapha - Mochamut dei ya low eshelei
Mustapha Mustapha - ai ai ai ai ahelei
Mustapha,
Mustapha,
Ist avil ahiln avil ahiln adhim Mustapha,
Salaam Aleikum!

Mustapha Ibrahim, Mustapha Ibrahim
Allah, Allah, Allah will pray for you.
Mustapha Ibrahim, achbar ish navin
Allah, Allah, Allah will pray for you.
Mustapha, Mustapha
Mustapha Ibrahim, Mustapha Ibrahim, hey!

Allah-i, Allah-i, Allah-i,
Ibra-Ibra-Ibrahim, yeah!
Ibrahim, Ibrahim, Ibrahim,
Allah Allah Allah-i hey!

Mustapha Mustapha
Mustapha Mustapha
Mustapha Mustapha
Mustapha Mustapha
Mustapha,
Mustapha,
Vontap ist ahiln avil ahiln adhim Mustapha,
Aleikum Salaam hey!

Lirik di atas adalah lagu Queen, yang judulnya Mustapha. Sekarang lagu ini sudah dibuat pula versi bahasa Indonesianya oleh Ahmad Dhani dengan The Rock Indonesia-nya.

Sekalipun lagunya secara musikalitas memang asyik, namun saya agak ragu juga dengan lagu ini. Sebagai umat Islam, tentunya ada rasa was-was jika mendengar lagu Barat yang berbau-bau Islam, apakah lagu itu memang ‘beres’ ataukah ada hinaan-hinaan terhadap Islam di dalamnya, mengingat bagaimana selama ini sikap dan pandangan barat terhadap Islam.

Jika kita baca lirik di atas, memang sepertinya lagu ini bukanlah lagu untuk menghina Islam. Kata-kata ‘Allah will pray for you’ atau Allah akan mendoakan Ibrahim, tidaklah bertentangan dengan Islam. Karena Ibrahim adalah seorang Rasul Allah, bahkan termasuk Rasul yang ‘Ulil Azmi’ atau rasul yang utama. Dan baginda Rasulullah SAW pun merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim ini. Maka rasanya wajarlah kata-kata di atas, sebagai bentuk penghormatan sekaligus mendoakan Ibrahim.

Namun saya tidak terlalu mengerti arti kata-kata selanjutnya, karena bukan dalam bahasa Inggris. Sepertinya dalam pandangan saya kata-kata itu adalah dalam bahasa Ibrani/ Israel. Oleh karena itu saya kembali ragu mengenai lirik lagu ini.

Maka saya pun browsing di internet untuk mengetahui makna dari kata-kata Israel tadi. Di suatu forum Tanya jawab ada yang mendiskusikan lagu ini. Hal yang saya dapat adalah bahwa sebagai umat Islam kita tak masalah untuk mendengar atau menyanyikan lagu ini. Karena menurutnya lagu ini adalah soal kepercayaan serta peribadatan kepada Allah, sekaligus menyampaikan salam kepada Muhammad dan Ibrahim. Jadi semacam shalawat juga, tapi ala Queen tentunya.

Selanjutnya juga adalah fakta bahwa vokalis Queen, Freddy Mercury adalah seorang keturunan imigran Mesir di Inggris, dan dia terlahir sebagai seorang muslim dengan Farrokh Bomi Bulsara. Jadi rasanya tidak mungkin kalau lagu ini adalah merupakan sebuah hinaan terhadap Islam. Apalagi lagu ini diterjemahkan menjadi lagu religi oleh Ahmad Dhani, sekalipun Dhani ini adalah seorang yang nyeleneh namun jika kita mendengar lirik lagu ini dalam bahasa Indonesia, maka disana tidak terdapat kata-kata yang menyinggung umat Islam. Maka saya menjadi yakin kalau lagu ini sah-sah saja jika diputar atau dinyanyikan oleh seorang Islam. Sekaligus juga lega, karena jika lagu ini berisi hinaan, maka sayang rasanya kalau lagu ini ditinggalkan saja karena liriknya tersebut, karena memang di telinga saya lagu ini unik dan jarang ada lagu-lagu seperti ini.




Sumber: http://terminal-pantaitimur.blogspot.com/2009/10/queen-mustapha.html